1 | Sat.C 640 (P6300(2.26)/2.0/500.0/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/Cam)+Lan DOS | 3,022,000 |
2 | Sat.C 640 (i3-380M(2.53)/2.0/320.0/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/Cam)+Lan Win 7 | 3,600,000 |
3 | Sat.L 655D (Turino II P540(2.40)/2.0/32.0/DVD+RW/15.6"/Cam/Wrls+Lan Win 7 Hm | 2,900,000 |
4 | Sat.L 655D (Turino II P540(2.40)/2.0/500.0/DVD+RW/15.6"/Cam/Wrls+Lan Win 7 Hm | 1,500,000 |
5 | Sat.L 655D (Turino II P540(2.40)/4.0/500.0/DVD+RW/15.6"/Cam/Wrls+Lan Win 7 Hm | 4,250,000 |
6 | Sat.L 655D (Athlon II P320(2.1)/4.0/500.0/17.3/BluRay DVD/Cam/ATI/Wrls+Lan Win 7 Hm | 5,050,000 |
7 | Sat.L 645D (15-460M(2.53)(2.1)/500.0/17.3/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/BT/Cam)+Lan Win 7 Hm | 4,550,000 |
8 | Sat.L 640 (15-460M(2.53)(2.1)/500.0/17.3/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/BT/Cam)+Lan Win 7 Hm | 5,650,000 |
9 | Sat.L 740 (13-2310(2.10)(2.0)/500.0/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/BT/Cam)+Lan DOS BLACK | 4,800,000 |
10 | Sat.L 740 (13-2310(2.10)(4.0)/500.0/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/BT/Cam)+Lan Win 7 Hm | 5,450,000 |
11 | Sat.L 740 (13-2480(2.30)(4.0)/750.0/DVD+R/RW/14.1"/Wrls/BT/Cam/NVIDIA 1 GB/BROWN) + Lan Win 7 Hm | 7,100,000 |
12 | Sat.L 635 (i3-380M(2.66)(2.0)/250.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/Cam/GREY )+Lan Win 7 Hm | 5,200,000 |
13 | Sat.L 635 (i3-340M(2.66)(2.0)/250.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/Cam/GREY )+Lan Win 7 Hm | 5,600,000 |
14 | Sat.L 635 (i3-340M(2.66)(4.0)/250.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/Cam/GREY )+Lan Win 7 Hm | 6,550,000 |
15 | Sat.L 630 (i3-380M(2.53)(2.0)/500.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/BT/Cam/ATI 512 Mb/RED/BROWN )+Lan Win 7 Hm | 4,800,000 |
16 | Sat.L 630 (i5-480M(2.66)(2.0)/500.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/BT/Cam/ATI 512 Mb/RED/BROWN )+Lan Win 7 Hm | 6,550,000 |
17 | Sat.L 730 (i3-2310(2.10)4.0)/500.0/DVD+R/RW/13.3"/Wrls/BT/Cam/BROWN )+Lan Win 7 Hm | 5,750,000 |
18 | Sat.T 210 (i3-380UM(1.33)2.0)/500.0/11.6"/BT/HDMI/Wrls/BT/Cam/WHITE/BLACK +Lan Win 7 Hm | 8,150,000 |
19 | Sat. M645-00H003 Intel Ci3-350M(2.6GHz, 3MB L3, 106MHz, FSP, DDR3 2GB, HDD 500GB, Win 7 Home Premium | 8,000,000 |
20 | Portage. M645-00H003 Intel Pentium(1.2 GHz, 3MB L3, 800MHz, FSP, DDR3 2GB, HDD 320GB, Win 7 Home Premium | 8,200,000 |
21 | Portege.T 210-00300F (Ci3-350M(2.53)4.0)/500.0/DVD+R/RW/13.3"/HDMI/Wrls/Cam/BLACK +Lan Win 7 Pro | 5,150,000 |
22 | Sat.R 830 (i5-2410(2.30)2.0/500.0/DVD+R/RW/13.3"/HDMI/Wrls/Cam/BLACK +Lan Win 7 Pro | 8,000,000 |
23 | Sat.U 505 (P-7450(2.13)4.0/500.0/DVD+R/RW/13.3"/HDMI/Wrls/Cam +Lan Win 7 Hm | 5,600,000 |
24 | NBB 550D (AMD C-30(1.2)1.0/250.0/10.1/Wrls/BT/Cam +Lan Win 7 Starter | 2,950,000 |
25 | NBB 305 (N-455(1.66)1.0/250.0/10.1//Wrls/Cam +Lan Win 7 Starter ( Batt.6 call | 2,650,000 |
26 | NBB 505 (N-455(1.66)1.0/250.0/10.1//Wrls/Cam +Lan Win 7 Starter ( Batt.6 call | 2,750,000 |
Selasa, 31 Januari 2012
LAPTOP MURAH MERIAH
Susunan Panitia Natal Masyarakat Kab Benglayang di Pontianak
SUSUNAN PANITIA PERAYAAN NATAL DAN UCAPAN SYUKUR TAHUN BARU 2012
MASYARAKAT KRISTIANI KABUPATEN BENGKAYANG
DI PONTIANAK
PENASEHAT : 1. Bupati Bengkayang
2. Wakil Bupati Bengkayang
3. Sekda Kabupaten Bengkayang
1. Ketua : Drs, Ahi, MT
Wakil Ketua : Drs, Herman Ivo, M.Pd
2. Sekretaris : Kundel Tarigas, S.Kom
Wakil Sekretaris : Aso, A.Md
3. Bendahara : Markus Dalon, SE
Seksi-seksi :
I. Acara,Hiburan, Musik & MC : 1. Yosef Oendoen, S.Sn (Koordinator)
II. Liturgi : 1. Julius Lumempau, S.Th, (koordinator)
2. Pdt. Mordekai Saden, S.Th, MA
III. Humas, Publikasi,Dokumentasi : : 1. Hendro (koordinator)
2. R. Ricard Louise
3. Asonius
4. Rudi
IV. Penerimaan Tamu & Kolekten : 1. Bambang Bider(koordinator)
2. Yusuf, SE
3. Yusmay
4. Bambang Irawan, S.Sos
5. Slamet, SE
V. Keamanan : 1. Kompol, Yahya (Koordinator)
2. Kompol, Rurahmad
3. Aniesitus
4. Bonifasius Boni
4. Losius Ajud, S.Pd
5. Adrianus Yandi
6. Anselmus
7. Aristo E Trundang Paulus
VI. Kesehatan : 1. Yohanes Kutik,SAP (Koordinator)
2. Antonius Pawi
3. Kristiana,A.Md.Kep
4. Lily,A.Md.Kep
5. Paula, A.Md.Kep
6. Lorensius Nyalin, A.Md.Kep
VII. Dekorasi dan Perlengkapan : 1. Jelly Naswandy, S.Pd (Koordinator)
2. Haryo
3. Darwis Tobing
4. Yasinta Desi
VIII. Pengarahan Masa : 1. Florensius Yustianus (koordinator)
2. Matias
3. Herman Senyan
4. Yohanes
5. Winarsih Ratnasari
6. Ita Laria
7. Netty Widiastuti
IX. Sekretariatan : 1. Apai ( Koordinator)
2. Flisianus Yulianto
3. Desi Karlina
4. Ignasius priyanto
5. Yusuf A.Md
NATAL DAYAK KAB.BENGKAYANG SUKSES
Ruang Katalar Room Grand Mahkota Hotel, menjadi saksi pertama dalam perayaan Natal dan syukuran tahun baru bagi masyarakat Kristiani di kota Pontianak, Ruang takalar menjadi sesak oleh para undangan yang hadir, bahkan panitia mulai kerepotan melihat tamu yang semakin banyak, awalnya panitia tidak menduga kalau akan terjadi lonjakan undangan, sehingga ruang takalar yang hanya mampu menampung + 400 tidak mampu menampung para undangan yang hadir, sehingga undangan yang datangnya terlambat tidak dapat kebagian tempat duduk dan berdiri diluar ruangan berbaur dengan Panitia dan karyawan Hotel, bahkan ada yang memilih pulang meski acara masih berlangsung. Hadir dalam acara tersebut wakil Gubernur Kalimantan Barat, Buapti Bengkayang dan Mantan Bupati Bengkayang Drs.Jacubus Luna, M.Si, serta tokoh masyarakat di Pontianak Yohanes Kutik, SAP.
Momen Perayaan tersebut sangat berarti bagi masyarakat Bengkayang di pontianak mengingat selama ini perayaan Natal bagi masyarakat Kab.Bengkayang di pontianak sudah lama tidak dilaksanakan, sejak tahun 1999 baru tahun 2012 ini dirayakan kembali. Drs. Ahi, MT selaku ketua panitia mengatakan pertemuan seperti ini adalah suatu kerinduan bagi masyarakat Kab.Bengkayang yang tingal di perantauan (pontianak), oleh sebab itu momen ini akan dilanjutkan tahun depan bahkan akan menjadi angenda rutin tahuan, untuk itu perlu suatu wadah, baik itu organisasi Pemuda Dayak atau suatu perkumpulan yang dapat menghimpun semua masyarakat dayak bengkayang yang ada dipontianak. Bupati Bengkayang Suryadman Gidot dalam sambutan nya mengatakan, ini sungguh luar biasa suatu pekerjaan mulia bagi pantia yang sudah bekerja keras sehingga kegeiatan ini berjalan SUKSES, tidak mudah mengumpulkan orang sebayak ini, menurutnya yang namanya mengumpulkan orang-orang bengkayang pada jaman dulu sangat susah, bahkan orang bangkayang sendiri MALU mengaku dirinya berasal dari Bengkayang, makanya Ia terkejut ketika ia tahu kalau ruangan Takalar yang menampung 400 orang tidak mampun menampung Masyarakat Bengkayang yang di Pontianak.
Dalam perayaan ini dimeriahkan oleh artis Lokal yaitu Ririn penyayi dayak yang berasal dari Sintang, sedangankan di akhir acara ada sambutan yang tidak direncanakan sebeluamnya yaitu kata sambutan dari IMKB, yang diwakilkan oleh Saudara MATIAS, dalam sambutanya matias mengucapkan terima kasih kepada Bupati Bengkayang yang telah memberi batuan dari hasil Kolete, tampak wajah yang sumirgah dan pucat bercampur gugup ketika menyampaikan kata sambutan.
Senin, 30 Januari 2012
SEJARAH DAYAK YANG DISEMBUNYIKAN
B |
icara soal agama ya memang susah. Susahnya adalah bahwa kita semua beda agama dan beda kepercayaan, namun yang unik adalah beda agama namun satu kepercayaan, nah apa itu? ya budaya. Jawaannya agama budaya. Kebetulan saya suku Dayak Bakati dan saya sudah beragama Katolik sejak lahir. Budaya Dayak ada dalam sanubari saya dan saya mencintainya karena tidak mungkin saya harus pensiun jadi orang Dayak dan pindah suku, sebab Tuhan sudah menaruh saya sebagai suku Dayak tentu ada maksudnya. Dalam agama saya yang Katolik itu, saya pun hidup dalam budaya Dayak yang juga mengimani Tuhan penguasa semesta alam.
Yang saya tahu dalam budaya Dayak yang diajarkan adalah budi pekerti, kebaikan antara Penompa, Jubata, Duwata dsb dengan manusia. Manusia harus menghormati alam ciptaannya sehingga selangkah apapun orang Dayak harus minta ijin terlebih dahulu kepada Tuhan melalui alam, misalnya membuat ladang, mereka harus ijin dan memberikan persemebahan serta doa-doa dalam bahasa nyangahatn (lantunan syair doa dalam bahasa halus) meminta Tuhan memberikan berkat Nya. Yang perlu kita ketahui adalah media agama/kepercayaan yang kita gunakan dalam mengenal Tuhan ternyata tidak sama satu dengan lainnya, nah itu yang patut kita hargai. Yakinlah jika dia seorang Dayak yang beragama Islam maka dia memiliki kepercayaan yang sama dengan seorang Dayak yang beragama Kristen yakni sama-sama percaya bahwa ajaran agama kepercayaan dari agama adat budayanya itulah yang mengallir dalam sanubarinya dan itu pulalah yang membuat setiap orang menjadi satu dalam keluarga besar Dayak dimana ketika menyatu dalam Dayak tidak ada istilah Islam, Krosten, Hindu, Budha dan sebagainya semua mereka menyatu dalam kepercayaan yang sama yakni budaya Dayak yang mengajarkan banyak budi pekerti. Perlu diketahui pula bahwa sebelum Hindu muncul di Indonesia, orang Dayak telah lebih dahulu beragama asli yang kemudian bermutasi menjadi Hindu di Kutai sementara suku-suku lainnya di Indonesia belum beragama Hindu termasuk Jawa yang termasyur itu. Artinya penyebaran Hindu setelah di Kalimantan tentulah salah satunya ke Jawa melalui hubungan Kutai dengan wilayah-wilayah lainnya di nusantara.
Sangat tidak masuk diakal jika Kutai sebuah kerajaan tertua di nusantara dengan masa jayanya yang berabad-abad tidak mempengaruhi wilayah lainnya di nusantara? Pasti Jawa, Sumatera, Sulawesi juga mendapat pengaruh besar dari Kutai kerajaan Hindu Dayak tertua di nusantara.
Saya agak heran, kata “Dayak” dalam menyebutkan kerajaan Kutai hampir tidak terdengar, apa sengaja dihilangkan agar terkesan bahwa Kutai bukan kerajaan Dayak. Tugas kita semua untuk menyebarkan bahwa Kutai pertama adalah Kutai Dayak yang beragama Hindu. Artinya Dayak memiliki pengaruh besar di Indonesia dan menyumbangkan pemikiran serta sejarah yang tak ternilai harganya. Saya bangga menjadi orang Dayak sebab sejarah membuktikan bahwa Kerajaan tertua ada di Kalimantan dengan rajanya yang bernama Kudungga seorang Dayak asli Kalimantan yang telah beragama Hindu. Kejayaan Dayak tersebut kemudian direbut paksa oleh Kertanegara melalui siasat dan kemudian Kutai Dayak jatuh dan berubah nama menjadi Kutai Kertanegara. Walaupun kalah, sejarah telah melukiskan bahwa pemilik pertama kerajaan Kutai adalah orang Dayak asli. Ini yang saya sangat banggakan. Jadi mari kita mengangkat dan mencari tahu tentang diri kita sendiri. Sejarah kita telah banyak dimanipulasi Jakarta dan orang-orang yang tidak ingin mengungkapkan tentang Dayak si pemilik syah Kerajaan Kutai itu. Mereka sengaja menyembunyikannya dari kita agar anak cucu kita tidak mengetahui lagi sejarah sesungguhnya. Mari Dayak bersatulah, sebab engkau pernah memiliki Raja dan yang pertama di nusantara ini. Engkau telah mengajari Jawa dan Sumatera untuk mendirikan kerajaan-kerajaan baru yang kemudian menjadi kerajaan yang ternama.
Pelajaran itu mereka dapatkan dari “DAYAK”.
Baca Juga :
ALASAN SEJARAH DAYAK MENGHILANG
Jumat, 27 Januari 2012
BENARKAH DAYAK PUNYA MASALAH DENGAN ETNIS LAIN...?
Dayak (istilah kolektif untuk masyarakat asli Kalimantan) telah mengalami peningkatan dalam konflik antar etnis. Di awal 1997 dan kemudian pada tahun 1999, bentrokan-bentrokan brutal terjadi antara orang-orang Dayak dan Madura di Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah. Puncak dari konflik ini terjadi di Sampit pada tahun 2001. Konflik-konflik ini pun kemudian menjadi topik pembicaraan di koran-koran di Indonesia. Sepanjang konflik tahun 1997, sejumlah besar penduduk (baik Dayak maupun Madura) tewas. Muncul berbagai perkiraan resmi tentang jumlah korban tewas, mulai dari 300 hingga 4.000 orang menurut sumber-sumber independen. Pada tahun 1999, orang-orang Dayak, bersama dengan kelompok-kelompok Melayu dan Cina memerangi para pendatang Madura; 114 orang tewas. Menurut seorang tokoh masyarakat Dayak, konflik yang terjadi belakangan itu pada awalnya bukan antara orang-orang Dayak dan Madura, melainkan antara orang-orang Melayu dan Madura. Kendati terdapat fakta bahwa hanya ada beberapa orang Dayak saja yang terlibat, tetapi media massa membesar-besarkan keterlibatan Dayak. Sebagian karena orang-orang Melayu yang terlibat menggunakan simbol-simbol budaya Dayak saat kerusuhan terjadi.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Dayak
Kamis, 26 Januari 2012
SUKU DAYAK MENGANUT AGAMA APA SIH..?
Masyarakat Dayak menganut agama leluhur yang diberi nama oleh Tjilik Riwut sebagai agama Kaharingan. Sekarang, agama ini kian lama kian ditinggalkan. Sejak abad pertama Masehi, agama Hindu mulai memasuki Kalimantan dengan ditemukannya peninggalan agama Hindu di Amuntai, Kalimantan Selatan, selanjutnya berdirilah kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha. Semenjak abad ke-4 masyarakat Kalimantan memasuki era sejarah yang ditandai dengan ditemukannya prasasti peninggalan dari Kerajaan Kutai yang beragama Hindu di Kalimantan Timur. Penemuan arca-arca Buddha yang merupakan peninggalan Kerajaan Sribangun (di Kota Bangun, Kutai Kartanegara) dan Kerajaan Wijayapura. Hal ini menunjukkan munculnya pengaruh hukum agama Hindu-Buddha dan asimilasi dengan budaya India yang menandai kemunculan masyarakat multietnis yang pertama kali di Kalimantan. Dengan menyebarnya agama Islam sejak abad ke-7 mencapai puncaknya di awal abad ke-16, masyarakat kerajaan-kerajaan Hindu menjadi pemeluk-pemeluk Islam yang menandai kepunahan agama Hindu dan Buddha di Kalimantan. Sejak itu mulai muncul hukum adat Melayu/Banjar yang dipengaruhi oleh sebagian hukum agama Islam (seperti budaya makanan, budaya berpakaian, budaya bersuci), namun umumnya masyarakat Dayak di pedalaman tetap memegang teguh pada hukum adat/kepercayaan Kaharingan. Sebagian besar masyarakat Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kini memilih Kekristenan, namun kurang dari 10% yang masih mempertahankan agama Kaharingan. Agama Kaharingan sendiri telah digabungkan ke dalam kelompok agama Hindu (baca: Hindu Bali) sehingga mendapat sebutan agama Hindu Kaharingan. Namun ada pula sebagian kecil masyarakat Dayak kini mengkonversi agamanya dari agama Kaharingan menjadi agama Buddha (Buddha versi Tionghoa), yang pada mulanya muncul karena adanya perkawinan antarsuku dengan etnis Tionghoa yang beragama Buddha, kemudian semakin meluas disebarkan oleh para Biksu di kalangan masyarakat Dayak misalnya terdapat pada masyarakat Dayak yang tinggal di kecamatan Halong di Kalimantan Selatan. Di Kalimantan Barat, agama Kristen diklaim sebagai agama orang Dayak, tetapi hal ini tidak berlaku di propinsi lainnya sebab orang Dayak juga banyak yang memeluk agama-agama selain Kristen misalnya ada orang Dayak yang sebelumnya beragama Kaharingan kemudian masuk Islam namun tetap menyebut dirinya sebagai suku Dayak. Agama sejati orang Dayak adalah Kaharingan. Di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang masih beragama Kaharingan berlaku hukum adat Dayak, namun tidak semua daerah di Kalimantan tunduk kepada hukum adat Dayak, kebanyakan kota-kota di pesisir Kalimantan dan pusat-pusat kerajaan Islam, masyarakatnya tunduk kepada hukum adat Melayu/Banjar seperti suku-suku Melayu-Senganan, Kedayan, Banjar, Bakumpai, Kutai, Paser, Berau, Tidung, dan Bulungan. Bahkan di wilayah perkampungan-perkampungan Dayak yang telah sangat lama berada dalam pengaruh agama Kristen yang kuat kemungkinan tidak berlaku hukum adat Dayak/Kaharingan. Di masa kolonial, orang-orang bumiputera Kristen dan orang Dayak Kristen di perkotaan disamakan kedudukannya dengan orang Eropa dan tunduk kepada hukum golongan Eropa. Belakangan penyebaran agama Nasrani mampu menjangkau daerah-daerah Dayak terletak sangat jauh di pedalaman sehingga agama Nasrani dianut oleh hampir semua penduduk pedalaman dan diklaim sebagai agama orang Dayak.
Jika kita melihat sejarah pulau Borneo dari awal. Orang-orang dari Sriwijaya, orang Melayu yang mula-mula migrasi ke Kalimantan. Etnis Tionghoa Hui Muslim Hanafi menetap di Sambas sejak tahun 1407, karena pada masa Dinasti Ming, bandar Sambas menjadi pelabuhan transit pada jalur perjalanan dari Champa ke Maynila, Palembang maupun ke Majapahit. Banyak penjabat Dinasti Ming adalah orang Hui Muslim yang memiliki pengetahuan bahasa-bahasa asing misalnya bahasa Arab.Laporan pedagang-pedagang Tionghoa pada masa Dinasti Ming yang mengunjungi Banjarmasin pada awal abad ke-16 mereka sangat khawatir mengenai aksi pemotongan kepala yang dilakukan orang-orang Biaju di saat para pedagang sedang tertidur di atas kapal. Agamawan Nasrani dan penjelajah Eropa yang tidak menetap telah datang di Kalimantan pada abad ke-14 dan semakin menonjol di awal abad ke-17 dengan kedatangan para pedagang Eropa. Upaya-upaya penyebaran agama Nasrani selalu mengalami kegagalan, karena pada dasarnya pada masa itu masyarakat Dayak memegang teguh kepercayaan leluhur (Kaharingan) dan curiga kepada orang asing, seringkali orang-orang asing terbunuh. Penduduk pesisir juga sangat sensitif terhadap orang asing karena takut terhadap serangan bajak laut dan kerajaan asing dari luar pulau yang hendak menjajah mereka. Penghancuran keraton Banjar di Kuin tahun 1612 oleh VOC Belanda dan serangan Mataram atas Sukadana tahun 1622 dan potensi serangan Makassar sangat mempengaruhi kerajaan-kerajaan di Kalimantan. Sekitar tahun 1787, Belanda memperoleh sebagian besar Kalimantan dari Kesultanan Banjar dan Banten. Sekitar tahun 1835 barulah misionaris Kristen mulai beraktifitas secara leluasa di wilayah-wilayah pemerintahan Hindia Belanda yang berdekatan dengan negara Kesultanan Banjar. Pada tanggal 26 Juni 1835, Barnstein, penginjil pertama Kalimantan tiba di Banjarmasin dan mulai menyebarkan agama Kristen. Pemerintah lokal Hindia Belanda malahan merintangi upaya-upaya misionaris.
Kamis, 19 Januari 2012
DAYAK JAMAN SEKARANG, MAJUKAH....?
Dewasa ini suku bangsa Dayak terbagi dalam enam rumpun besar, yakni: Apokayan (Kenyah-Kayan-Bahau), Ot Danum-Ngaju, Iban, Murut, Klemantan dan Punan. Rumpun Dayak Punan merupakan suku Dayak yang paling tua mendiami pulau Kalimantan, sementara rumpun Dayak yang lain merupakan rumpun hasil asimilasi antara Dayak punan dan kelompok Proto Melayu (moyang Dayak yang berasal dari Yunnan). Keenam rumpun itu terbagi lagi dalam kurang lebih 405 sub-etnis. Meskipun terbagi dalam ratusan sub-etnis, semua etnis Dayak memiliki kesamaan ciri-ciri budaya yang khas. Ciri-ciri tersebut menjadi faktor penentu apakah suatu subsuku di Kalimantan dapat dimasukkan ke dalam kelompok Dayak atau tidak. Ciri-ciri tersebut adalah rumah panjang, hasil budaya material seperti tembikar, mandau, sumpit, beliong (kampak Dayak), pandangan terhadap alam, mata pencaharian (sistem perladangan), dan seni tari. Perkampungan Dayak rumpun Ot Danum-Ngaju biasanya disebut lewu/lebu dan pada Dayak lain sering disebut banua/benua/binua/benuo. Di kecamatan-kecamatan di Kalimantan yang merupakan wilayah adat Dayak dipimpin seorang Kepala Adat yang memimpin satu atau dua suku Dayak yang berbeda.
Prof. Lambut dari Universitas Lambung Mangkurat, (orang Dayak Ngaju) menolak anggapan Dayak berasal dari satu suku asal, tetapi hanya sebutan kolektif dari berbagai unsur etnik, menurutnya secara "rasial", manusia Dayak dapat dikelompokkan menjadi :
- Dayak Mongoloid,
- Malayunoid,
- Autrolo-Melanosoid,
- Dayak Heteronoid.
Namun di dunia ilmiah internasional, istilah seperti "ras Australoid", "ras Mongoloid dan pada umumnya "ras" tidak lagi dianggap berarti untuk membuat klasifikasi manusia karena kompleksnya faktor yang membuat adanya kelompok manusia.
Selasa, 17 Januari 2012
CORNELIS TIDAK GENTAR
RAKOR DAD I DUKUNG Drs.CORNELIS, MH
GUBERNUR KALBAR MASA BAKTI 2012-2017
Dalam Rakor Dewan Adat Dayak (DAD) I Kalbar telah direkomendasikan Drs. Cornelis, MH sebagai Gubernur Kalimantan Barat untuk masa bakti 2012-2017. Rakor yang digelar di Hotel Kini itu di Hadiri Seluruh Pengurus DAD Kalbar. Rakor DAD I telah menginstruksikan kepada jajaran DAD masing-masing di seluruh jajarannya Dan Komponen Masyarakat Dayak Kalbar untuk mendukung, dan memperjuangkan Dan memenangi Drs. Cornelis, MH sebagai Gubernur Kalbar periode 2012-2017.
Salah satu poin rekomendasi Rakor DAD I Kalbar adalah mendukung calon Gubernur yang berasal dari masyarakat adat Dayak, yang kebijikajakannya berpihak pada masyarakat kecil, memiliki kemampuan professional dalam menjalankan tugas, selain itu dalam Rakor tersebut secara aklamasi mendukung pencalonan kembali Drs. Cornelis,MH sebagai calon Tunggal dari masyarakat Dayak untuk menjadi Gubernur (bukan yang lain).
Pada kesempata perayaan natal OIKUMENE di Kabupaten Bengkayang beberapa waktu lalu, dalam sambutannya Drs. Cornelis, MH mempertegaskan dirinya untuk tetap mencalonkan diri lagi Sebagai Gubernur Kalimantan Barat, beliau mengajak Masyarkat Dayak Kabupaten Bengkayang yang hadir pada saat itu untuk mendukungnya maju dalam Pilgub yang tidak lama lagi dilaksanakan, Natal OIKUMENE Kabupaten Bengkayang dihadiri oleh Para Pejabat Negara se-Kalimantan Barat, diantaranya Gubernur Dan wakil Gubermur Kalimantan Barat, Para kepala SKPD di jajaran Pemerintah Prov Kalbar, Bupati Dan wakil Bupati Kabupaten Bengkayang, Bupati Sekadau, Wakil Bupati Landak, Ketua DPRD Bengkayang, Ketua DPRD Kota Pontianak, hadir juga Uskup Sintang, Sanggau dan Uskup Agung Pontianak, serta Para Pendeta dilingkungan Kabupaten Bengkayang, Acara tersebut dimeriahkan oleh Artis Lagenda Mus Muliadi bersama istrinya Helen Sparingga.
Senin, 16 Januari 2012
DAYAK = SUKU TERBAIK
Entah mengapa kalau ada uraian mengenai suku dayak aqu terpanggil untuk membacanya, apa mungkin karena dalam tubuh ini mengalir darah dayak ya. Dari sebuah surat kabar kemarin qu tertarik membaca tulisan judul suku dayak yang membumi, seuntai sirat yang terkandung makna kepiawaian pemuda dayak dalam mengarungi bumi kalimantan. Suku Dayak adalah salah satu suku asli yang mendiami pulau Kalimantan, terdapat tak kurang dari 405 sub suku dayak, berikut bahasa dan adat istiadatnya.
Dayak yang membumi
Dimasa lalu dan sekarang, dayak sangat identik dengan sebutan Mandau, Tato dan Telinga Panjang. Namun belakangan kemudian berangkat dari terjadinya berbagai gejolak yang sempat ada, oleh pihak luar, dayak terkenal juga dengan berbagai julukan bernada sangat tidak elegan, mendiskreditkan, bahkan terkesan menghina citra orang dayak…seperti “suku kanibal”, “primitif”, “keterbelakangan”, “urang udik” dan lain sebagainya.
Tak bisa dipungkiri, desakan mobilisasi para pendatang (yang numpang nyari duit), perkembangan zaman dan budaya dari luar (dalam negeri), telah membuat orang dayak terdesak dan terpinggirkan, hingga semakin masuk ke dalam hutan maupun hingga ke hulu sungai. Akan bertambah parah dengan adanya dominasi diberbagai lini dari “yang bukan” warga asli pulau kalimantan, baik itu sosial, politik maupun ekonomi.
Sesungguhnya kondisi ini bukan mutlak lahir dari keterbatasan orang dayak yang tak mampu bersaing, tapi memang sengaja “dikondisikan” oleh kelompok dan komunitas tertentu, yang berkeinginan untuk tetap menempatkan orang dayak sebagai orang yang bodoh dan terbelakang, hingga tersisihkan. Konon metode birokrasi ikut menjadi senjata andalan dari kalangan Etnokrasi, untuk tetap “menyulitkan” orang dayak berkembang dan maju di kampung halamanya sendiri. Ini diperkuat dengan cerita zaman dulu bisa dihitung dengan jari orang dayak yang jadi PNS, Polisi, atau Pejabat. Nah…salah satu bentuk akumulasi kekecewaan yang memuncak pun meluap, hingga mengakibatkan orang dayak kehilangan kontrol dan akal sehat, menyelesaikan masalah dengan cara-cara agresif dan ekstrim. Sebagai salah satu contoh, dipraktekkan-nya kembali ritual kuno “Ngayau” oleh orang dayak, yang dipicu oleh serangkaian masalah-masalah bersifat intimidasi dari salah satu kelompok etnis pendatang (beberapa tahun silam). Karakter orang dayak pada dasarnya jauh dari kesan kasar dan brutal. Sebagai suku asli kalimantan, orang dayak cukup dinamis dalam hidup bersosial, serta bisa menerima hal² baru. Dari sisi agama, ini terbukti dari banyaknya yang pindah menganut dan meyakini agama baru bawaan dari luar (waktu itu), dari animisme pindah ke islam, nasrani dan majusi. Dalam situs jejaring FB aqu menemukan grup “DAYAK EXSINTENSI” dan aqu ikut bergabung disana semata hanya ingin mengetahui seputar suku dayak dan variant nya, semoga kehidupan dayak masa lampau dapat aqu selalu nikmati. Dalam group yang dibuat oleh pemuda dayak ini bukan untuk mencari sensasi atau berisikan curhat cengeng supaya dapat simpati, melainkan bentuk keprihatinan dari seorang anak dayak yang ingin sukunya bisa terus eksis di kampung halaman sendiri tanpa dicurangi oleh pihak lain dengan cara-cara yang tidak fair. Tulisan ini juga bukan untuk bermaksud menumbuhkan rasa etnosentrisme kaum ku, tapi murni bertujuan ingin mengingatkan para generasi DAYAK yang sekarang, agar bisa dan siap menerima kompetisi diberbagai bidang khususnya terhadap eksistensi para pendatang. Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudaya. Terkait dari sajian ini, yang merasa dirinya orang DAYAK, separuh DAYAK, atau yang bukan orang DAYAK jangan khawatir. Anggap saja ini bagian dari caraqu memotivasi kaum qu agar tidak tertinggal, tidak terpaku dengan pola pikir lama dan kolot ala orang udik lantaran kurang pendidikan.
HIDUP DAYAK BANGSA TERPILIH HINGGA AKHIR JAMAN.
Minggu, 15 Januari 2012
KISAH PENAMPAKAN BUNDA MARIA DI LOURDES
Bernadette Soubirous lahir pada tanggal 7 Januari 1844, dari pasangan Francois Soubirous -seorang pengusaha penggilingan gandum yang jatuh miskin- dan isterinya, Louise Casterot. Ia adalah anak pertama dari 9 bersaudara, tetapi 3 di antara meninggal dunia di masa bayinya. Sebetulnya, namanya adalah Marie Bernarde tetapi karena perawakannya yang kecil mungil, ia kemudian biasa dipanggil Bernadette yang berarti Bernarde kecil. Mereka hidup di Lourdes, sebuah desa di Perancis bagian selatan tetapi bahasa yang digunakan di sana bukanlah bahasa Perancis, tapi bahasa Occitan yang mendapat pengaruh dari bahasa Catalan dan bahasa Spanyol.
Ia dibaptis 2 hari setelah kelahirannya, yaitu tanggal 9 Januari yang merupakan hari ulang tahun perkawinan kedua orangtuanya. Keluarga Soubirous hidup dalam kemiskinan dan sejak bayi kesehatan Bernadette kurang baik. Ia sering menderita sakit, terutama asma. Tetapi demikian, ia tetap membantu ibunya mengasuh kelima adiknya. Dan ketika Bernadette telah dianggap cukup umur, ia pun harus bekerja sebagai pembantu dan penggembala ternak. Pada usia 14 tahun, ia adalah anak kecil yang baik, taat dan ramah, tetapi tidak sangat terpelajar, khususnya dalam masalah yang berkaitan dengan doktrin-doktrin dan tradisi-tradisi Katolik.
Suatu hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa terjadi. Ketika ia bersama adiknya Toinette dan seorang temannya sedang mencari kayu bakar di sebuah gua (grotto) yang disebut Massabielle (=Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes. Dia sendirian di dekat gua sementara dua gadis lainnya beristirahat mengumpulkan kayu. Bernadetta mendengar sesuatu yang aneh:
“Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.
Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian wanita itu membuat tanda salib. Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara wanita itu menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, wanita itu tiba-tiba menghilang.
Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia. Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan.”
Bernadette meminta kepada kedua gadis lainnya untuk menjaga rahasia, tetapi ternyata adiknya mengatakannya kepada ibu mereka. Ibunya memarahinya dan berkata kepadanya agar menghilangkan ilusi tolol dari kepalanya. Tetapi Bernadette meyakini dalam hatinya bahwa kejadian-kejadian itu nyata.
Tiga hari kemudian tiga gadis itu kembali ke gua, sambil membawa air suci untuk menguji batinnya. Wanita itu menampakkan diri sekali lagi tetapi hanya Bernadetta yang dapat melihatnya. Ketika Bernadetta menuang air suci ke tanah, wanita itu hanya tersenyum. Sekarang Bernadetta yakin bahwa ini bukan tipuan iblis.
Sekarang seluruh desa sadar apa yang terjadi Massabielle. Ketika Bernadette kembali ke gua bersama dengan orang-orang kota untuk ketiga kalinya pada tanggal 18 Februari, wanita itu menampakkan diri lagi dengan permintaan agar Bernadetta kembali 15 kali lagi dengan jarak waktu yang tetap. Dalam penampakan ini, wanita itu berkata secara khusus kepada Bernadetta bahwa dia tidak dapat menjanjikan kebahagiaan baginya di dunia ini, tetapi bahwa kebahagiaan itu akan menunggunya di surga. Sekitar 100 orang desa mengikuti Bernadette ke gua, beberapa saksi menyatakan bahwa mereka merasakan suasana berserah hati selama penampakan kepada Bernadette. Mereka melihat wajah Bernadette diliputi dengan ekspresi hormat dan tunduk. Walaupun sudah sangat santer beredar kabar bahwa adalah Bunda Maria sendiri yang memperlihatkan diri, Bernadette menyatakan bahwa ia sudah menanyakan siapakah wanita itu, tetapi wanita itu hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.
Walaupun sudah ada 100 orang yang menyertainya selama Bernadette menerima penglihatan dari sosok wanita yang konon adalah Bunda Maria, banyak juga orang lain dari Lourdes yang menunjukkan sikap kritis dan meragukannya. Orang-orang tua dan polisi beberapa kali membawa Bernadette untuk ditanyai, ia juga menjalani pemeriksaan kejiwaan. Ia juga ditekan agar tidak kembali ke gua. Walaupun dalam tekanan, Bernadette tetap sabar dan dengan kepolosan tanpa melebih-lebihkan tetap memberikan keterangan yang sama.
Seorang dokter menyertai Bernadette dalam perjalanan berikutnya dan menyimpulkan bahwa dia tidak menemukan apa-apa yang abnormal dalam diri Bernadette selama mengalami ekstase. Itu terjadi pada tanggal 21 Februari, penampakan keenam kepada Bernadette, ketika perempuan itu berkata kepada Bernadette:
“Berdoalah bagi para pendosa.”
Sejumlah besar orang sekarang mengikuti Bernadette ke gua Masabielle, para pejabat pemerintah gelisah bahwa orang akan terluka atau jatuh di sekeliling lubang gua. Maka Prokur Kerajaan, M. Dutour, berkata kepada Bernadette agar dia tidak turun lagi ke gua. Tetapi Bernadette menolaknya sebab dia berjanji kepada perempuan itu untuk kembali. Terkejut atas kebulatan tekad Bernadette, Prokur berkata dia akan memikirkannya. Komisaris polisi, Dominique Jacomet, berharap Bernadette menghentikan apa yang dianggap sebagai tebakan. Bagaima-manapun, berdasarkan interogasi komisaris tidak menemukan inkon-sistensi dari kisah Bernadette, maka dia hanya mengancam Bernadette dengan hukuman penjara jika dia kembali ke gua.
Ayah Bernadette datang ke kantor polisi mengajak Bernadette pulang ke rumah, dan komisaris memperingatkan dengan keras kepada mereka berdua agar tidak kembali ke gua. Perintah polisi itu ditentang, dalam perjalanan pulang ke rumahnya Bernadette berbalik dan kembali ke gua. Dibayang-bayangi oleh polisi dan orang banyak yang mengikutinya, Bernadette tidak menerima penampakan hari itu, tetapi dia harus menanggung ejekan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang memfitnah dan yang tidak percaya.
Dua hari kemudian, pada tanggal 23 Februari, Bernadette kembali ke gua dan dianugerahi dengan penampakan Maria lain, yang meminta dengan sangat:
“Penitensi!”
Hari berikutnya Maria berkata kepada Bernadette:
“Minumlah dari sumber air ini dan mandilah di situ.”
Bingung karena tidak ada sumber air di Gua Massabielle, Bernadette mulai menggali tanah dengan rasa takut, menimbulkan tertawaan dan cemoohan dari orang banyak yang berpikir dia mulai gila. Tetapi tercenganglah orang banyak itu, kelembaban mulai merembes dari tanah yang telah digalinya, dan Bernadette mengambil air, meminumnya, dan mengotori mukanya dengan lumpur. Orang banyak menertawakannya dan menganggap ia hanya berbohong. Tetapi beberapa hari aliran air yang kecil itu mengeluarkan lebih banyak air yang jernih dan berubah menjadi mata air.
Penduduk setempat mulai mengikuti Bernadette untuk minum dan mandi dari sumber air yang kini jernih tidak berlumpur itu. Seorang penduduk desa, Catherine Latapie menyatakan bahwa ia lengannya yang tadinya lumpuh dapat digerakkan kembali setelah ia mandi di sumber air itu. Kejadian ini menjadi catatan pertama mengenai kesembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.
Pada penampakan yang ketigabelas pada tanggal 2 Maret Bernadette diperintahkan untuk mengatakan kepada imam agar membangun kapel di Gua Massabielle. Wanita itu berkata kepada Bernadette bahwa orang-orang harus datang ke gua dalam bentuk prosesi, tetapi Abas Peyramale berkata dengan sangat kasar kepada Bernadette bahwa dia tidak biasa menerima perintah dari penampakan-penampakan aneh, dan bahwa jika perempuan itu menginginkan kapel dan prosesi-prosesi di gua pertama-tama dia hams mengidentifikasikan dirinya.
Pada penampakan yang keempat belas pada tanggal 3 Maret, Bernadette menanyakan nama sang wanita tersebut, tetapi menurut Bernadette, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, tidak memberikan jawaban apapun.
Keesokan harinya, pada 4 Maret, Bernadette diikuti 9 ribu orang kembali ke gua. Untuk kedua kalinya Bernadette menanyakan nama wanita itu. Tetapi menurut Bernadette, kembali wanita itu hanya tersenyum. Ketika Bernadette menceritakannya kepada Abas Peyramale, Abas hanya tersenyum mendengarnya, dan meyakinkan Bernadette bahwa wanita itu menertawakannya dan Abas menyuruh Bernadette untuk tidak kembali ke gua itu. Tapi Bernadette walaupun sempat merasa bimbang, merasa bahwa ia harus tetap pergi.
Tiga minggu kemudian barulah Bernadette kembali ke gua pada tanggal 25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita Maria dan penampakan ke-16 kepada Bernadette. Bernadette berkata bahwa setelah tiga kali pertanyaannya dijawab dengan senyum, setelah Bernadette bertanya untuk keempat kalinya, wanita itu tidak tersenyum. ”Dengan lengannya ke bawah, wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa Occitan:
“Que soy era Immaculado Councepciou!” (“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)
Bernadette, gadis sederhana dengan sedikit pendidikan, tentu saja tidak tahu arti “Dikandung Tanpa Dosa”, tetapi segera menyampaikan pesan itu kepada Abas Peyramale. Mendengar kata-kata Bernadette, hati Abas terpana. Abas bertanya sekali lagi, apakah Bernadette yakin dengan ucapannya. Bernadette berkata bahwa ia yakin, dan ia mengatakan bahwa ia mengulang-ulangi kata-kata wanita itu agar ia tidak lupa.
Empat tahun sebelumnya yaitu tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX dalam ensikliknya Ineffabilis Deus mengeluarkan dogma bahwa Bunda Maria dikandung tanpa dosa. Sudah sejak semula umat beriman secara tradisi percaya bahwa Bunda Maria sungguh-sungguh mulia dan tanpa dosa karena mengandung Tuhan sendiri. Tetapi ungkapan teologis ’Yang Dikandung Tanpa Dosa/Immaculata Conceptio’ tidak banyak dikenal umat selain para tertahbis yang mendalami teologi dan filsafat. Ketika ungkapan ini keluar dari mulut Bernadetta, yang bahkan buta huruf, Abas Peyramale baru diyakinkan bahwa wanita itu adalah sungguh-sungguh Perawan Maria Yang Terberkati dan bahwa dia datang meneguhkan dogma Immaculata Conceptio.
Sebuah tempat suci segera dibangun di Gua Massabielle, dan sumber airnya segera terkenal karena daya penyembuhannya. Pada tanggal 18 Januari 1862, Uskup Lawrence, Uskup Tarbes, keuskupan yang membawahi Lourdes, mengeluarkan surat yang mengakui penampakan-penampakan di Lourdes sebagai penghargaan iman:
”Kami meyakinkan bahwa Penampakan ini supranatural dan berasal dari Allah…”
Bernadette menerima penampakan Maria yang ke-18 dan itu adalah penampakan Bunda Maria yang terakhir kalinya bagi Bernadette pada tanggal 16 Juli 1858, pada Pesta Perawan Maria dari Gunung Karmel. Bernadette tidak pernah mencari nama tenar dan popularitas, dalam banyak hal ia berharap dapat hidup dengan tenang karena peristiwa penampakan Bunda Maria dan keajaiban-keajaiban yang terjadi menarik perhatian banyak orang di seluruh Perancis dan wilayah sekitarnya. Dalam beberapa tahun setelahnya ia senantiasa dengan sabar menghadapi banyak orang-orang yang ingin menemuinya: orang-orang yang berharap kesembuhan hanya dengan menemuinya, orang-orang yang meragukannya, orang-orang yang tidak percaya dan menentang, orang-orang penasaran yang ingin mendengar langsung darinya. Banyak orang yang menceritakan betapa Bernadette selalu sangat sabar, murah hati dan toleran kepada banyak pengunjung yang muncul begitu saja ingin menemuinya. Bahkan banyak orang yang ragu dan menolak penampakan Bunda Maria terkesan terhadap Bernadette yang tetap rendah hati, jujur dan lugas.
Walaupun dengan sabar ia menemui tamu-tamunya, Bernadette semakin tertarik dengan ide memasuki biara untuk dapat hidup tenang. Awalnya ia tertarik memasuki biara Karmel, tapi kondisi kesehatannya tidak memungkinkannya mengikuti rutinitas biara Karmelit yang berat. Akhirnya ia memutuskan dan diterima dalam biara para Suster Charitas di Nevers, Perancis, pada usia 22 tahun. Saat tiba pertama kalinya di biara ia diminta untuk menceritakan lagi penglihatannya di hadapan para suster yang sedang berkumpul, tetapi setelah ia selesai menceritakannya, suster kepala melarang ia dan seluruh suster lain membahas penglihatannya lagi dan hidup senormal mungkin di biara seperti suster lainnya. Ia sangat senang dengan larangan tersebut walaupun suster kepala mengijinkannya sesekali menemui imam-imam senior dan uskup yang melakukan wawancara untuk keperluan Gereja. Ia hidup senormal mungkin di biara dan akhirnya memperoleh kemampuan baca dan tulis. Ia bekerja merawat orang sakit, dan membuat hiasan-hiasan taplak altar dan jubah-jubah. Suster Marie-Bernarde (nama biara Bernadette) sering sakit selama di biara, menderita TBC, sakit tulang, tumor, asma, dan kesehatan yang memburuk secara keseluruhan. Dalam suatu serangan asma yang berat, ia meminta air dari mata air di Lourdes, dan serangan asmanya secara ajaib berkurang dan ia tidak pernah menerima serangan asma yang buruk lagi. Tapi Suster Marie-Bernarde tidak memohon kesembuhan dari mata air Lourdes lagi saat ia menderita tuberkulosis pada tulang lutut kanannya. Ketika ditanya mengapa ia tidak pergi ke Lourdes untuk memohon kesembuhan, Bernadette mengatakan bahwa kesembuhan dari Lourdes bukanlah untuknya, tetapi untuk mereka yang lebih sakit daripadanya.
Ia menyaksikan perkembangan Lourdes menjadi tempat ziarah ketika dia masih tinggal di Lourdes antara usia 14-22 tapi sesudah masuk biara ia tidak tahu-menahu lagi dan ia bahkan juga tidak hadir saat pemberkatan Basilika Yang Dikandung Tanpa Dosa pada tahun 1876. Kesehatannya semakin memburuk karena serangan TBC dan ia meninggal pada usia 35 tahun pada tanggal 16 April 1879.
Suster Nathalie Portat yang menjaga Suster Bernadette menceritakan bahwa Bernadette kerap menampakkan ekspresi wajah menahan kesakitan dan meminta rekan-rekannya mendoakan jiwanya. Pada saat terakhirnya, ia menceritakan bahwa Suster Bernadette mendoakan Salam Maria dengan penuh kerendahan hati bagaikan seorang anak perempuan kecil pada ibunya menyatakan dua kali ’Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini” Beberapa saat kemudian Bernadette membuat tanda salib, minum beberapa tetes air dan meninggal dalam kedamaian.
Ketika tubuh Suster Marie-Bernarde digali 30 tahun kemudian pada tanggal 30 September 1909, pihak penyelidik Gereja yang dipimpin oleh Uskup Nevers, Mgr. Gauthey, di hadapan dua dokter dan seorang suster komunitasnya, menemukan tubuhnya tidak rusak. Tidak busuk, tidak bau, tidak rusak sedikit pun – meskipun kulitnya menjadi kering dan tampak hitam setelah dimandikan, maka wajah dan tangannya dibalut dengan lilin untuk menyembunyikan perubahan warna. Walaupun demikian, Rosario dan salib dalam genggamannya berkarat. Mereka membersihkan dan mengenakan pakaian baru sebelum memakamkannya kembali.
Pada penggalian yang terakhir, tanggal 18 April 1925, tubuh Bernadette tetap tampak tidak ada tanda pembusukan, walaupun ada perubahan warna pada wajah dan lesakan pada mata dan hidung. Gereja setempat kemudian membuat cetakan wajahnya dengan lilin berdasarkan foto-foto aslinya dan melapisinya di wajah aslinya yang menghitam. Dewasa ini, tubuhnya tetap diperlihatkan dalam peti kaca di kapel biaranya, St. Gildard, di Nevers, Perancis, sebagai pernyataan bagi Perawan Maria dari Lourdes. Kapelnya menjadi tujuan peziarahan dan tubuhnya tetap utuh hingga hampir 130 tahun setelah kematiannya pada tanggal 16 April 1879.
Bernadette Soubirous dikanonisasi menjadi orang kudus pada tanggal 8 Desember 1933 – Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa. Setiap tahun jutaan orang datang berdoa di tiga basilika Lourdes dan mengunjungi Gua Massabielle mengambil bagian dalam penyembuhan melalui sumber air, yang telah menyembuhkan begitu banyak orang dari penyakit fisik dan rohani. Salah satu penyembuhan yang paling terkenal adalah penyembuhan mata Louis Bouriette. Bouriette adalah tukang batu setempat, matanya yang satu buta, yang membantu untuk membangun kolam di sekeliling sumber yang telah ditemukan Bernadette. Ketika dia menggosok matanya yang buta dengan lumpur dan berdoa kepada Perawan Maria, secara ajaib matanya dapat melihat. Pada tahun 1986, 63 keajaiban lainnya telah dibuktikan kebenarannya oleh pemeriksa medis yang independen sebagai penghargaan iman. Ia adalah pelindung bagi orang sakit, keluarga, penggembala dan orang miskin. Sebuah catatan diberikan kepada kanonisasinya bahwa ia menerima sebutan orang kudus bukan sepenuhnya karena ia menerima penampakan Bunda Maria, tetapi terutama karena kesederhanaan dan kekudusan hidupnya sendiri.
Baca Juga....
Penampakan Bunda Maria di Fatima
Penampakan Bunda Maria di Guadolope
Langganan:
Postingan (Atom)