Entah mengapa kalau ada uraian mengenai suku dayak aqu terpanggil untuk membacanya, apa mungkin karena dalam tubuh ini mengalir darah dayak ya. Dari sebuah surat kabar kemarin qu tertarik membaca tulisan judul suku dayak yang membumi, seuntai sirat yang terkandung makna kepiawaian pemuda dayak dalam mengarungi bumi kalimantan. Suku Dayak adalah salah satu suku asli yang mendiami pulau Kalimantan, terdapat tak kurang dari 405 sub suku dayak, berikut bahasa dan adat istiadatnya.
Dayak yang membumi
Dimasa lalu dan sekarang, dayak sangat identik dengan sebutan Mandau, Tato dan Telinga Panjang. Namun belakangan kemudian berangkat dari terjadinya berbagai gejolak yang sempat ada, oleh pihak luar, dayak terkenal juga dengan berbagai julukan bernada sangat tidak elegan, mendiskreditkan, bahkan terkesan menghina citra orang dayak…seperti “suku kanibal”, “primitif”, “keterbelakangan”, “urang udik” dan lain sebagainya.
Tak bisa dipungkiri, desakan mobilisasi para pendatang (yang numpang nyari duit), perkembangan zaman dan budaya dari luar (dalam negeri), telah membuat orang dayak terdesak dan terpinggirkan, hingga semakin masuk ke dalam hutan maupun hingga ke hulu sungai. Akan bertambah parah dengan adanya dominasi diberbagai lini dari “yang bukan” warga asli pulau kalimantan, baik itu sosial, politik maupun ekonomi.
Sesungguhnya kondisi ini bukan mutlak lahir dari keterbatasan orang dayak yang tak mampu bersaing, tapi memang sengaja “dikondisikan” oleh kelompok dan komunitas tertentu, yang berkeinginan untuk tetap menempatkan orang dayak sebagai orang yang bodoh dan terbelakang, hingga tersisihkan. Konon metode birokrasi ikut menjadi senjata andalan dari kalangan Etnokrasi, untuk tetap “menyulitkan” orang dayak berkembang dan maju di kampung halamanya sendiri. Ini diperkuat dengan cerita zaman dulu bisa dihitung dengan jari orang dayak yang jadi PNS, Polisi, atau Pejabat. Nah…salah satu bentuk akumulasi kekecewaan yang memuncak pun meluap, hingga mengakibatkan orang dayak kehilangan kontrol dan akal sehat, menyelesaikan masalah dengan cara-cara agresif dan ekstrim. Sebagai salah satu contoh, dipraktekkan-nya kembali ritual kuno “Ngayau” oleh orang dayak, yang dipicu oleh serangkaian masalah-masalah bersifat intimidasi dari salah satu kelompok etnis pendatang (beberapa tahun silam). Karakter orang dayak pada dasarnya jauh dari kesan kasar dan brutal. Sebagai suku asli kalimantan, orang dayak cukup dinamis dalam hidup bersosial, serta bisa menerima hal² baru. Dari sisi agama, ini terbukti dari banyaknya yang pindah menganut dan meyakini agama baru bawaan dari luar (waktu itu), dari animisme pindah ke islam, nasrani dan majusi. Dalam situs jejaring FB aqu menemukan grup “DAYAK EXSINTENSI” dan aqu ikut bergabung disana semata hanya ingin mengetahui seputar suku dayak dan variant nya, semoga kehidupan dayak masa lampau dapat aqu selalu nikmati. Dalam group yang dibuat oleh pemuda dayak ini bukan untuk mencari sensasi atau berisikan curhat cengeng supaya dapat simpati, melainkan bentuk keprihatinan dari seorang anak dayak yang ingin sukunya bisa terus eksis di kampung halaman sendiri tanpa dicurangi oleh pihak lain dengan cara-cara yang tidak fair. Tulisan ini juga bukan untuk bermaksud menumbuhkan rasa etnosentrisme kaum ku, tapi murni bertujuan ingin mengingatkan para generasi DAYAK yang sekarang, agar bisa dan siap menerima kompetisi diberbagai bidang khususnya terhadap eksistensi para pendatang. Sahabat dan pembaca batavusqu yang berbudaya. Terkait dari sajian ini, yang merasa dirinya orang DAYAK, separuh DAYAK, atau yang bukan orang DAYAK jangan khawatir. Anggap saja ini bagian dari caraqu memotivasi kaum qu agar tidak tertinggal, tidak terpaku dengan pola pikir lama dan kolot ala orang udik lantaran kurang pendidikan.
HIDUP DAYAK BANGSA TERPILIH HINGGA AKHIR JAMAN.
Hidup dayu...........
BalasHapusjangan Ragu, Buat Indonesia Ada digenggam DAYU
HapusHidup.............., Taklukkan Indonesia bahkan DUNIA sekalipun
BalasHapusDayak harus bersatu untuk membangun daerah-daerah yg terdapat diperdesaan yg terpencin, dan bgai mana cara kita bersama-sama membangun dan memajukan taraf hidup bagi masyarakat-masyarakat suku dayak yg ad di Kalimantan ini bahkan sampai dunia sekalipun kita goncangkan. Dan kebudayaan kita harus dilestarikan jangan sampai dicaplok oleh negara-negara tetangga. kita harus berusahan dan menjaga bersama-sama kebudayaan tersebut.
BalasHapusHidup Harmonis dan serasi dengan alam... Suku dayak adalah Nature Warrior... pejuang untuk kelestarian alam, dan pejuang yang di tempa dari pengalaman hidup bersama alam
BalasHapus